Geopark Bayah Dome Membangun Wisata Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal

Uncategorized129 Dilihat

POROS1.COM – Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya. Dimana masyarakat setempat berperan-serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam yang berkelanjutan. Geopark menjadi konsep wisata baru yang saat ini tengah dikembangkan Kementerian Pariwisata.

Konsep geopark sendiri mengacu pada pengembangan kawasan yang memberikan pengaruh terhadap konservasi, edukasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Geopark terdiri dari sejumlah lokasi keragaman geologi yang memiliki kepentingan ilmiah khusus, kelangkaan dan keindahan, yang dikenal dengan warisan geologi, serta juga lokasi yang mempunyai nilai-nilai arkeologi, ekologi, nilai sejarah atau budaya.

Beberapa lokasi potensial geowisata di Provinsi Banten khususnya Kabupaten Lebak diantaranya sudah terkenal sebagai lokasi pariwisata umum, seperti wisata gunung luhur, air terjun, pantai, lembah, ngarai dan lain-lain. Lokasi- lokasi ini berbasis geologi, artinya lokasi ini merupakan bentukan proses geologi alamiah.

Sejak 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak menginisiasi Geopark Bayah Dome dengan kawasannya meliputi 12 Kecamatan di Kabupaten Lebak, yaitu Kecamatan Sajira, Leuwidamar, Muncang, Cipanas, Sobang, Lebakgedong, Cibeber, Cilograng, Bayah, Panggarangan, Cihara, dan Malingping. Secara geografis Kawasan Geosite Geopark Bayah Dome 1Geopark Bayah Dome terletak antara 6° 22′ 29” – 7° 00′ LS dan 105° 56′ 40” – 106° 30′ BT. Secara geologi kawasan Bayah Dome memiliki morfologi berupa tinggian pegunungan dan zona depresi yang memiliki kekhasan proses geologi dari sebuah cekungan yang diisi oleh material klastik yang diendapkan dalam lingkungan laut dangkal hingga sungai purba yang kemudian mengalami tektonik berupa pengangkatan (pengkubahan) dan pensesaran akibat akitivitas magmatisme dan penerobosan oleh batuan-batuan beku berkomposisi asam-menengah, kontak metamorfisme serta aktivitas vulkanisme yang berhubungan dengan pembentukan kompleks mineralisasi emas-perak).

Sehingga, Geopark Bayah Dome mengangkat tema pembetukan Kubah Bayah yang beraosiasi dengan mineralisasi emas-perak. Jejak-jejak keragaman geologi pembentukan kubah Bayah ini terekam pada keragaman geologi yang diantaranya dapat dilihat pada Formasi Bayah berupa endapan delta-sungai purba, Formasi Cikotok, Citorek, Granodiorit Cihara dan batuan metamorfik, serta mineralisasi emas-perak di Cikotok, Cirotan, Cikidang, serta batuan hasil aktifitas vulkanisme yang mengisi zona depresi Citorek.

Kawasan Geopark Bayah Dome juga memiliki keragaman budaya diantaranya keberadaan kampung adat, situs-situs purbakala, tinggalan sejarah era kolonialisasi, dan bukti aktifitas tambang emas pertama di Indonesia. Keaneka ragaman hayatinya direpresentasikan oleh berbagai flora dan fauna yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNHGS) yang merupakan kawasan lindung.

Dalam konsep geowisata, akan diinformasikan seluas-luasnya hal-hal yang berhubungan dengan tempat-tempat tersebut secara geologi, sehingga suatu lokasi wisata terdapat nilai tambah berupa aspek pendidikan dan pengetahuan yang menarik. Wisata geologi dapat dijadikan sarana sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam sehingga diharapkan timbulnya Geosite Geopark Bayah Dome kesadaran untuk menjaga warisan tersebut (konservasi) dan pada akhirnya akan tercipta pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal.

Informasi geologi yang lengkap dapat dimanfaatkan guna keperluan baik edukasi maupun wisata. Sehingga kekayaan obyek geowisata tergali dan menjadi bagian dari pembangunan ekonomi masyarakat. Tergalinya potensi geowisata dapat membuka pembangunan di daerah mulai dari jalan, fasilitas sosial, dan lainnya.(ADV)